Sponsor

W E D U S ..!!!!



Sukir, buruh serabutan dengan penghasilan pas-pasan itu, mendadak mendirikan Tempat Penitipan Wedus (TPW). Alasannya, karena didaerah tempat ia tinggal banyak orang memiliki wedus namun tak punya banyak waktu untuk merawat wedus-wedusnya.

Dibulan pertama, hanya delapan ekor yang dititipkan, namun dibulan kedua, ketiga dan seterusnya warga mulai bondong-bondong menitipkan wedus di tempatnya.

"Lumayan lah, biayanya murah. Satu ekor hanya Sepuluh ribu perak per hari. Perawatannya pun maksimal. Mandi 2x sehari. Makan terjamin dan.. bla-bla-bla... pokoknya dijamin sehat dan aman.", ungkap Gatot, salah seorang pengguna jasa TPW milik Sukir saat diwawancarai jurnalis media online yang belum tersertifikasi dewan pers.

Akhirnya, Sukir yang tak pernah nyicipin pait-legitnya bangku kuliah, sukses mengelola bisnis penitipan wedusnya. "Berdasarkan database yang kami miliki, sekarang jumlah wedus yang berada di TPW berjumlah dua ratus tiga puluh lima, dengan tiga orang karyawan" terang Sukir.

Karena semakin hari semakin banyak wedus di TPW milik Sukir, lantas ia menaikan biaya penitipan wedus dan meminta Pono, lulusan kedokteran hewan dari Universitas terkemuka untuk  membantu mengelola TPW.

Lewat bantuan Pono, usahanya terus berkembang. Seribu seratus tiga puluh enam wedus berhasil dipikat hatinya untuk dititipkan di TPW milik Sukir.  Sepuluh tetangganya yang masih menganggur pun, akhirnya direkrut untuk membantu kelola TPW.

Kemajuan TPW semakin pesat. Enam bulan kemudian, atas saran Pono, status TPW berubah menjadi Sekolah Wedus, lengkap dengan asrama dan memiliki izin resmi dari pemerintah. Otomatis TPW yang awalnya hanya mengurusi kesehatan dan keamanan para wedus berubah fungsi menjadi Tempat Pelatihan wedus agar cerdas dan pintar. "Kalo sampean punya wedus, dan kepengen wedusnya bisa nyanyi, bisa nulis, bisa baca, bisa acting, bisa nyetir, bisa nyuci piring, dan bisa disuruh ngapai-ngapain, bawa kesini aja. Dijamin tidak mengecewakan. Kita pake Garansi 3 tahun. Masalah biaya, bisa diatur”, begitu bunyi iklan dipuluhan reklame yang terpajang hampir disetiap sudut kampung tempat Sukir tinggal.

Jumlah wedus semakin membludak. Karena itu, lowongan pegawai secara besar-besaran pun dibuka. Pelamar membludak. Berbekal ijazah S2, S1, SMA, SMK, SMP, bahkan SD pun ikut meramaikan kompetisi perebutan tahta yang jumlahnya tak seberapa.

Tidak perlu waktu lama untuk mencari tenaga. Pun tak perlu buang tenaga untuk mengenalkan Sekolah Wedus pada masyarakat. Hasilnya, dalam waktu satu tahun banyak wedus-wedus baik dari dalam maupun luar daerah, sengaja disekolahkan ditempat Sukir.

Karena Sukir telah turut membantu Raja dalam mengentaskan pengangguran. Maka, Raja memanggil Sukir untuk datang ke istana........................

 (KARENA SAYA LAGI MALES MIKIR ENDINGNYA, JADI CERITA INI BERSAMBUNG AJA DULU SAMPE SAYA PUNYA MOOD BUAT MIKIR LAGI.  TAPI KALO ADA YANG PUNYA ENDING GOKIL, MONGGO KOMEN AJA..)

Posting Komentar

0 Komentar