Sepintas, jika dilafalkan, dua kata ini hampir sama didengar telinga. Apalagi jika yang melafalkan adalah orang yang tidak memiliki kecakapan pronunciation (pelafalan kosakata). Dan lawan bicara juga adalah orang yang mengalami gangguan listening (pendengaran). Bisa jadi, dua kata itu dipahami sama.
Secara harfiah, kata toko memiliki makna tempat jualan berbagai produk. Si pemilik toko biasa melakukan kreasi dan inovasi agar tokonya ramai pembeli.
Dalam manajemen marketing, setiap produk ada
pasarnya. Dengan lain kata, setiap pembeli pasti ada produk yang disukai. Dalam
konteks ini kecakapan pemilik toko dituntut kreatif. Dengan harapan,
pembeli tertuju ke toko miliknya. Maka dipajanglah semua produk. Pemilik toko
tidak perlu menyeleksi nilai-nilai produk. Apalagi menyortir produk yang tidak
berideologi dengan dirinya. Dalam benak pikiran si pemilik toko adalah dapat
berjualan produk dan mendatangkan hasil banyak dengan ramainya pengunjung.
Pemilik toko tak peduli. Apakah produk yang dipajang itu,
bertabrakan dengan hati nurani pemilik toko. Atau tidak.
Yang penting. Toko-nya bisa menjual semua
produk. Istilah kerennya- departement
store. Kata orang Madura toko serba ada.
Itu berbeda dengan kata tokoh. Makna kata itu
teridentifikasi kepada sosok atau figur yang memiliki integritas dalam
mempraktekkan nilai-nilai yang diyakininya. Dalam kehidupan sehari-hari, sosok
itu selalu berbuat atas nilai-nilai dan ideologi yang diyakininya demi kepentingan
umum.
0 Komentar
SILAHKAN TULIS KOMENTAR KAMU DISINI