
Idul Fitri adalah momen yang dinanti-nantikan oleh banyak orang. Saat di mana umat Islam merayakan kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa. Tapi, bagi sebagian orang—terutama para guru— terkhusus guru swasta seperti saya - ada satu hal lain yang lebih dinanti selain ketupat dan opor ayam, yakni : tunjangan sertifikasi.
Ya, di tengah aroma kue kering dan kebahagiaan menyambut Lebaran, para guru punya satu doa khusus yang diamini setiap tahunnya: "Ya Allah, semoga tunjangan sertifikasi cair sebelum Lebaran". Kalau ini terkabul, niscaya kebahagiaan meningkat 200%, melebihi rasa bahagia melihat siswanya yang tiba-tiba rajin saat pembagian rapor.
Antara Harap dan Cemas
Seperti menunggu hasil pengumuman kelulusan bagi siswa, menanti tunjangan sertifikasi cair juga penuh ketegangan. Guru-guru mulai rajin mengecek rekening setiap pagi, siang, sore, dan sebelum tidur. Tak jarang grup WhatsApp guru pun berubah jadi forum diskusi ekonomi.
Pak Budi : "Ada yang udah cair tunjangannya?" Bu Siti: "Belum nih, katanya lagi proses." Pak Agus: "Tiap tahun katanya lagi proses, tapi prosesnya lebih lama dari ngejar cinta si dia."
Percakapan ini bisa berulang setiap hari, diiringi dengan doa dan harapan yang semakin tinggi.
Begitu mendekati Lebaran, guru-guru mulai menyusun strategi pengelolaan dana tunjangan dengan matang. Berikut beberapa rencana yang umum terjadi:
Belanja Baju Lebaran
Tidak peduli seberapa banyak baju yang sudah dimiliki, tetap saja ada perasaan "kok kayaknya butuh yang baru, ya?" Jadi, saat tunjangan cair, pusat perbelanjaan pun siap diserbu. Jangan heran kalau guru yang biasanya penuh kesabaran saat mengajar tiba-tiba jadi atlet sprint saat melihat diskon baju 50%.
Mudik dengan Bangga
Bagi guru rantau, tunjangan ini adalah berkah utama untuk mudik dengan damai. Kalau biasanya pulang kampung dengan bus ekonomi, tahun ini naik travel atau kereta eksekutif. Saat ditanya saudara, "Kerja di mana sekarang?" dengan bangga bisa jawab, "Guru, Alhamdulillah. Tunjangan sertifikasi alhamdulillah juga."
Bagi-bagi THR
Jangan salah, meski guru biasa memberi ilmu, mereka juga sering jadi sasaran THR bagi ponakan dan saudara. Momen ini adalah ujian mental dan keuangan, karena saat dompet mulai menipis, ada satu pertanyaan yang selalu datang: "Om, Tante, mana THR-nya?"
Menutup Utang Warung
Sudah jadi rahasia umum, menjelang tunjangan cair, beberapa guru punya "utang kecil-kecilan" di warung sebelah sekolah. Biasanya, setelah tunjangan masuk, ada momen heroik di mana mereka datang ke warung dengan penuh percaya diri, melunasi semua, dan berkata, "Mbak, utang saya lunas ya. Besok mulai buka lagi, ya!"
Ketika Harapan Tidak Sesuai Kenyataan
Namun, ada satu skenario yang paling ditakuti : tunjangan tak cair sebelum Lebaran. Dan saat hal itu terjadi, suasana berubah drastis. Guru yang biasanya ceria tiba-tiba lebih banyak diam, lebih sering menatap langit, dan dalam hati berkata, "Aku rapopo."
Lebaran tetap berjalan, tapi ada yang terasa kurang. Jika biasanya bisa beli daging buat rendang, tahun ini cukup puas dengan telur balado. Kalau biasanya bagi-bagi THR dengan bangga, kali ini lebih banyak menghindar dari ponakan.
Grup WhatsApp guru pun berubah nada. Dari penuh harap menjadi pasrah.
Pak Budi: "Kayaknya tunjangan cairnya abis
Lebaran ya, Bu?"
Bu Siti: "Iya deh, sabar aja."
Tetap Semangat, Pak dan Bu Guru!
Terlepas dari tunjangan yang entah kapan cairnya, para guru tetap menjalani Idul Fitri dengan semangat. Sebab, lebih dari sekadar uang, momen Lebaran adalah tentang kebersamaan dan kebahagiaan.
Jadi, meskipun tunjangan belum cair, jangan khawatir. Yang penting hati tetap cair, senyuman tetap lebar, dan doa tetap dipanjatkan. Lagipula, siapa tahu setelah Lebaran bisa cair dengan bonus lebih banyak?
Selamat menanti tunjangan, eh, selamat
menyambut Ibadah Ramadhan dan Idul Fitri!
By : Guru juga
0 Komentar
SILAHKAN TULIS KOMENTAR KAMU DISINI