Misi Dimulai
Hari itu, kantor sedang sepi. Bukan karena semua orang cuti, tapi karena semua orang sibuk, tepatnya pura-pura sibuk.
Aku, Tedjo, seorang karyawan rendahan di PT Santai Sejahtera, duduk di meja sambil memegang bolpoin dengan gaya serius, padahal ujungnya tidak menyentuh kertas.
"Bro, bos minta update kerjaan. Kirim fotomu lagi sibuk, cepetan!" bisik Joni, rekan sekantor, pemilik gelar Master of Selfie.
Aku panik. Sejak bos mulai WFA (Work From Anywhere), kami diwajibkan kirim foto kerja minimal tiga kali sehari agar terlihat produktif. Kalau tidak, gaji bisa terancam.
"Tenang, aku siap," kataku. Aku mengambil mouse dan menatap layar dengan tatapan penuh makna. Layar kosong, hanya wallpaper pemandangan pegunungan. Joni mengarahkan kamera HP-nya, mencari angle terbaik.
"Coba tatapanmu lebih stres dikit. Tambah kening berkerut."
Aku menahan napas dan mulai menyipitkan mata, berpura-pura membaca laporan penting. Klik!
"Bagus. Kirim ke grup," kata Joni sambil tertawa.
Aku mengirim foto itu ke grup kantor dengan caption: "Lagi ngurus laporan Q2, cukup kompleks tapi optimis bisa selesai sebelum deadline!"
Beberapa detik kemudian, bos membalas dengan jempol. Misi berhasil!
Level Berikutnya
Aku pikir tugas selesai, tapi Joni punya ide baru.
"Bro, kita harus bikin pencitraan lebih meyakinkan. Foto doang kurang. Kita butuh bukti konkret."
"Bukti konkret?" tanyaku curiga.
Joni mengangguk. "Kita rekam video time-lapse, biar kelihatan sibuk dari pagi sampai sore!"
Aku ternganga. "Tapi kan kita nggak ngapa-ngapain?"
Joni tersenyum penuh misteri. "Makanya kita setting dulu. Meja penuh kertas, lalu kita geser-geser doang tiap beberapa menit. Nanti hasilnya kayak kita kerja seharian!"
Ide brilian. Kami segera mengatur meja. Kertas laporan bekas meeting tahun lalu disebar, gelas kopi diletakkan di sebelah laptop, dan pulpen dijadikan properti utama. Kamera HP diatur dalam mode time-lapse.
Hasilnya? Luar biasa. Dalam satu menit video, terlihat kami seperti pekerja keras yang tak kenal lelah. Kami kirim ke grup kantor.
Bos langsung berkomentar: "Kerja bagus! Inilah semangat yang saya mau!"
Kami saling tos. Sukses lagi.
Kejadian Tak Terduga
Segalanya berjalan lancar sampai suatu hari bos tiba-tiba mengirim pesan:
"Saya akan mampir ke kantor besok. Mau lihat langsung progress kerja kalian."
Kami semua membeku.
"ASTAGA! Ini bencana!" teriak Joni.
"Kita bakal ketahuan!"
Panik melanda. Satu-satunya cara agar tidak ketahuan adalah… bekerja sungguhan. Tapi itu ide yang terlalu ekstrim.
"Lihat sisi positifnya," kata Joni.
"Apa?" tanyaku skeptis.
"Kita akhirnya punya alasan buat kerja beneran, walaupun cuma sehari."
Dan akhirnya, demi menyelamatkan pencitraan, kami benar-benar bekerja. Hasilnya? Besoknya bos datang, melihat kami sibuk, dan bahkan memberi bonus.
Sejak itu, kami sadar: berpura-pura sibuk itu capek. Jadi, kenapa tidak benar-benar bekerja saja?
By : Jempol Turah
1 Komentar
Wkwkwk
BalasHapusSILAHKAN TULIS KOMENTAR KAMU DISINI