Sponsor

Generasi Ngelunjak

Pernah nggak liat anak kecil nyolot sama orang tuanya, terus ortunya cuma senyum dan bilang, “Namanya juga anak-anak”? Nah, di situlah biasanya bibit generasi ngelunjak tumbuh subur — generasi yang kalau salah malah ngerasa benar, dan kalau ditegur malah ngambek.

Zaman sekarang banyak orang tua yang mikir, “Biarin aja deh, nanti juga ngerti sendiri.” Padahal kalau salah terus dibiarkan, bukannya ngerti, tapi makin menjadi-jadi. Kayak rumput liar yang nggak pernah dipangkas — lama-lama nutupin jalan.

Generasi “Nggak Boleh Disinggung”

Anak zaman sekarang tuh, kebanyakan sensitifnya kebangetan. Ditegur dikit langsung bilang, “Mama nggak ngerti aku!” Duh, ini bukan adegan sinetron remaja.

Kenapa bisa gitu? Karena dari kecil mereka dibiasain salah tapi dimaafin terus. Nilai jeblok? Gurunya yang disalahin. Telat bangun? Jam weker yang dilempar. Lama-lama tumbuhlah generasi yang nggak bisa dikritik, padahal dunia nyata tuh keras, Bro.

Di dunia kerja nanti, bos nggak bakal bilang “nggak apa-apa ya, kamu kan masih belajar.” Yang ada lo disuruh revisi sampai subuh sambil minum kopi sachet murahan.

Efek Domino dari Didikan “Bodo Amat”

Bayangin anak kecil mukul temennya, terus ortunya cuma bilang, “Aduh, namanya juga main.” Besoknya dia mukul lagi, tapi lebih kenceng. Lama-lama kebiasaan itu tumbuh jadi karakter: merasa semua bisa dimaklumin.

Pas gede, nyontek dibilang “yang lain juga nyontek kok.” Pacar ngambek, jawabnya “aku cuma lupa, ngapain baper.” Semua kesalahan dicari pembenaran.

Dari yang awalnya cuma “biarin aja” berubah jadi “aku bebas melakukan apa aja.” Dari “pasti ngerti sendiri” berubah jadi “loh, kok anakku jadi kayak gini?”

Teguran Itu Bentuk Sayang, Bukan Benci

Banyak orang tua takut negur anak karena takut dibilang galak. Padahal teguran itu tanda sayang. Kayak dokter yang nyuruh berhenti makan gorengan — bukan iri lo jajan, tapi sayang sama jantungmu.

Teguran itu kayak rambu lalu lintas. Kalau rambu dihapus, semua orang bakal ngebut seenaknya dan ujung-ujungnya tabrakan. Gitu juga hidup. Kalau nggak pernah ditegur, kita bakal nyelonong terus walau udah jelas salah arah.

Dari kecil kita diajarin minta maaf kalau nyenggol orang. Tapi kalau dibiarkan nggak minta maaf karena “masih kecil,” nanti pas gede malah ngomong, “Sorry tuh buat orang lemah.” Nah, repot kan?

Dunia Butuh Anak yang Mau Dikoreksi

Percaya deh, dunia nggak kekurangan orang pinter. Yang langka itu orang yang mau ngaku salah dan belajar. Generasi ngelunjak sering banget ngerasa udah paling bener, padahal baru baca kutipan bijak dua baris di Instagram.

Dunia butuh orang yang bisa nerima kritik tanpa drama. Yang kalau salah, bilang, “Iya, saya salah, saya perbaiki.” Bukan yang langsung update story: “Aku nggak butuh validasi siapa pun.”

Pentingnya Teguran Sejak Dini

Teguran itu kayak vitamin pahit — nggak enak, tapi bikin sehat. Anak yang terbiasa ditegur dari kecil, nanti kalau dikritik atasan pun bisa tenang dan belajar. Tapi kalau dari kecil hidupnya dibiarkan bebas, dikritik dikit aja bisa langsung drama Korea.

Teguran ngajarin rendah hati, ngajarin tanggung jawab, dan ngajarin kalau dunia nggak berputar cuma di sekitar diri sendiri. Anak yang dibiarkan salah tanpa arah, lama-lama tumbuh jadi orang yang nggak bisa introspeksi.

Akibat Kalau Didiamkan Terus

Kalau semua kesalahan dianggap biasa, dunia bakal penuh orang yang nggak tahu batas. Anak kecil ngebantah, remaja nyolot, dewasa nggak mau disalahin. Dan semua itu dimulai dari satu kalimat klasik:

“Biarin aja, nanti juga ngerti sendiri.”

Padahal ngerti itu nggak datang dari dibiarkan, tapi dari diajarin. Anak nggak bisa bedain benar salah kalau nggak pernah dikasih tahu. Akibatnya, tumbuhlah generasi yang pintar ngomong tapi malas introspeksi, pintar ngeles tapi nggak mau berubah.

Zaman boleh modern, tapi nilai-nilai dasar tetap sama: kalau salah, ya harus ditegur. Teguran bukan tanda galak, tapi tanda peduli.

Jadi kalau kamu punya anak, adik, murid, atau temen yang mulai ngelunjak, jangan cuma bilang “biarin aja.” Karena kalau dibiarkan, mereka akan tumbuh jadi orang yang ngerasa dunia wajib memaklumi mereka.

Tegur dan arahkan dengan logika, lalu kasih contoh nyata.
Karena generasi yang kuat bukan lahir dari pujian manis.

Posting Komentar

0 Komentar