Sponsor

PUTRA TUNGGAL GATOTKACA NYASAR KE TAHUN 2025 (BAGIAN 1)

Namaku Aruna, putra tunggal Gatotkaca—si otot kawat tulang besi, si jago terbang tanpa sayap, si pahlawan kahyangan yang kalau difoto selalu tampak keren meskipun baru bangun tidur. 


Masalahnya adalah:
kehebatan itu tidak menurun ke aku.

Pagi itu di kahyangan, aku sedang belajar terbang.
Ya… BELAJAR.
Karena rahasia kecilnya adalah: aku cuma bisa melayang 5 detik sebelum jatuh seperti sandal jepit dilempar ke genteng.

“Ayo, Nak! Fokus! Rasakan angin!” seru Gatotkaca, Ayahku sambil terbang elegan di atas sana.

Aku mencoba mengikuti.
Kupaksa tubuhku naik.
Pelan… pelan…
Sedikit lagi…

5 meter.
8 meter.
10 meter.

“Ayah! Aku bisa!! Aku—”

BWUUUSSSHHHH!!

Tiba-tiba suara menggelegar memecah langit. Bukan suara dewa lagi bertengkar, bukan suara raksasa bersin — tapi suara mesin raksasa dari dunia fana.

Sebuah pesawat terbang modern menembus lapisan kahyangan, entah bagaimana bisa nyasar ke wilayah para dewa.

Ayah membelalak.
“Apa itu?! Burung besi raksasa?!”

Aku tak sempat menjawab, karena detik berikutnya…

BUUUGGGG!!!

Aku tertabrak moncong pesawat.
Bukan halus, bukan lembut — tapi seperti dilempar bidadari badmood pakai sendal kayu ukuran XXL.

“AAYAAAHHHH!!!”

“ARUNAAAA—!!!”

Gatotkaca mencoba menangkapku, tapi aku sudah terpental masuk ke dinding udara kahyangan yang retak seperti kaca, berubah menjadi portal ungu berputar.

Pesawat itu juga masuk setengah badannya, lalu keluar lagi entah ke mana.

Tapi aku?

Aku terseret pusaran cahaya seperti ditarik oleh pembersih debu raksasa.

Dunia berputar.
Awan berubah warna.
Sinar berloncatan.
Aku menjerit:

“AKU BELUUUUM SIAP UJIAAANNN TERBAAAANGGG!!”

BLAARRRR!!!

Aku jatuh menembus langit dunia manusia, berputar, bergejolak, lalu—

PLAAAK!!
Mendarat tepat di lapangan sekolah modern, di tengah upacara, lengkap dengan suara anak-anak Gen Z menjerit karena mengira itu meteor jatuh.

Dan dari sanalah semuanya mulai…
kacau tapi kocak.

KECELAKAAN UDARA YANG MENGUBAH TAKDIR

Setelah tertabrak pesawat dan terlempar dari kahyangan, aku—Aruna—jatuh seperti kentang goreng dilempar Dewa Angin.

BLAAARRR!!

Aku mendarat di lapangan SMP Taruna Nusantara Jaya, tepat saat upacara bendera.

Murid-murid menjerit.

“WOOY, METEOR!”
“Bukan meteor, bro! Cosplayer jatuh dari langit!”
“Gila detail banget, bajunya glowing!”

Aku bangkit sambil pusing tujuh dimensi.
Coba tersenyum ala pangeran kahyangan, tapi yang keluar malah suara:

“Air… aku butuh air putih. Dan balsem.”

Sementara guru-guru panik.

Pak Kepala Sekolah:
“Cepat bawa ke UKS! Ini pasti murid baru dari daerah terpencil!”

Ibu Guru lain:
“Loh… dia masih kecil ya? Kasihan, mungkin nyasar… atau diculik cosplayer lain.”

Aku mau protes,
“Saya bukan nyasar. Saya kecelakaan udara!”

Tapi tidak ada yang percaya.
Mereka ngira aku lagi bikin konten.

TERDAFTAR MENJADI SISWA SECARA TIDAK SENGAJA

Lima menit kemudian, entah bagaimana, aku sudah:

  • DIFOTO pas foto ala KTP
  • DIUKUR tinggi
  • DIKASIH seragam kebesaran
  • DISURUH tanda tangan pendaftaran

Dan tiba-tiba…

“Selamat datang, Aruna. Kamu resmi murid Kelas 8C.”

Aku bengong.
“Eh? Aku bukan murid di sini. Aku anak Gatotka—”

Bu Tata Usaha menepuk bahuku.
“Iya Nak, iya… kamu dari ‘Kahyangan’. Bagus ya budayanya dilestarikan.”

Aku:
“Tapi aku beneran dari kahya—”

“Sudah, jangan malu-malu. Nanti kalau lomba Hari Kartini kamu masuk defile.”

Aku menyerah.

KEBINGUNGAN ANAK KAHYANGAN DI KELAS GEN Z

Kelas 8C adalah tempat paling aneh yang pernah kulihat:

Anak-anak sibuk scroll HP

Ada yang tidur sambil earphone

Ada yang bikin konten “first day of school vibes”

Ada yang ngira aku NPC Minecraft versi real life

Teman sebangku, Nara, menatapku lekat-lekat.

“Lo asli? Kostumnya ga keliatan industrial sama sekali.”

“Aku ini… Aruna. Putra Gatotkaca.”

“Wih roleplay total!”

Aku menepuk jidat.

Semua mencoba menyentuh bajuku.
“Bro ini bahan apa? Kayak armor tapi adem.”
“Ini belinya di Shopee luar negeri ya?”

Aku ingin terbang kabur, tapi jika kugunakan tenaga terlalu keras, aku khawatir menendang AC kelas sampai jebol.

KECOH KEKUATAN SUPER PERTAMA

Waktu olahraga, kami disuruh lompat jauh.

Anak-anak maju satu per satu.
Lompat 2 meter, 3 meter… paling jauh 4 meter.

Giliran aku.

Bu Guru Olahraga tersenyum,
“Ayo Aruna, walau masih baru, coba yang terbaik ya.”

Aku mengangguk.
“Mudah.”

Aku lupa sedikit fakta penting: aku setengah manusia setengah makhluk kahyangan.

Begitu aku melompat…

BYUUTTT!!!

Aku melewati pasir lompat jauh, melewati pagar, melewati kebun sekolah, dan mendarat tepat di dekat warung depan sekolah.

Bu Guru teriak:
“ANAK INI PAKAI MOD!!!”

Anak-anak bersorak:
“WOOOOY SUPER POWER!!”

Warung bu RT gemetar.
“Mau beli cilok atau mau numpang mendarat saja, Nak?”

ARUNA VS TEKNOLOGI

Teknologi adalah musuh alami orang kahyangan.

Pertama kali melihat WiFi router, aku kira itu roh liar.

Pertama kali memegang HP, aku teriak:
“KOTAK BERCAHAYA INI MENYIMPAN NYAWA SIAPA?!”

Anak-anak ngakak:
“Bro, itu cuma iPhone.”

Aku mencoba mengetik,
tapi HP kugenggam terlalu keras.

CRAAK.
HP Nara patah dua.

“ARUNA!!”
“Maaf… aku pikir ini batu suci.”

Nara menghela napas.

“Bro… kamu harus belajar adaptasi. Dunia modern ribet. Lebih ribet dari kahyanganmu itu.”

Aku mengangguk. Di kahyangan, hal paling sulit cuma:
menangkap raksasa alergi debu.

Di dunia modern?
Tugas matematika 30 nomor tiap malam.

INSIDEN BULLY YANG MENGUBAH SEGALANYA

Suatu hari saat istirahat, aku melihat seorang anak bernama Adi sedang didorong dan diejek oleh tiga murid nakal.

“Woy gemuk! Sini uang jajanmu!”
“Kalo nggak kasih, kita bacotin sampe nangis!”

Aku tidak suka.
Di kahyangan, pengecut seperti itu disuruh berlatih 300 putaran.

Aku mendekat.
“Kamu berhentilah.”

Bos preman sekolah, Basto, menatapku.
“Loh bocil cosplayer ikut campur?”

Aku menarik napas panjang.
“Aku tidak mau menyakitimu…”

Mereka ngakak.
“Aduh takut nih, si anak wayang marah!”

Aku mendekati Basto.
Mengangkatnya…
dengan satu tangan.

“Hoi!! Turunin gue!!”

Aku putar sekali, seperti memutar kipas manual.

Dan kutaruh dia di atap kantin.

Semua murid terdiam.

“INI… INI GILA.”
“ANAK INI CHEAT PAKAI GYM RITUAL!!”
“Bukan cheat. Ini genetik kahyangan.”

Sejak hari itu,
anak-anak mulai percaya aku bukan anak cosplay.
Atau minimal, bukan manusia biasa.

Dan Basto?
Dia akhirnya jadi sopan.
Karena jelas, aku bisa mengangkatnya kapan saja.

PENCARIAN PINTU PULANG

Malam itu Nara menemaniku di atap sekolah.

“Lo beneran mau balik?”
“Tentu. Ayah pasti mencariku.”

“Terus kalau portalnya kebuka lagi… lo bakal pergi?”

Aku terdiam.

Karena meskipun dunia modern bikin pusing, ribut, dan penuh hal aneh…
Aku punya teman.
Aku merasa diterima.

Nara menepuk bahuku.
“Kalo gitu, kita cari portalnya bareng. Gen Z itu walau sering bingung, tapi kalau hal-hal penting… kita cari tutorialnya.”

Aku tertawa kecil.

PORTAL TERBUKA… DAN PILIHAN BESAR

Beberapa hari kemudian,
langit berubah ungu lagi.
Angin memutar.
Awan pecah.
Sinar merambat.

Portal yang sama muncul di atas sekolah.

Aku langsung berdiri.

“Itu… sinar kahyangan.”

Murid-murid heboh.

“Aruna mau balik?!”
“NOOO tinggal di sini aja!”
“Nanti kalau pulang jangan lupa follow IG!”

Nara menatapku.
“Lo yakin? Lo sudah punya rumah kedua di sini. Tapi kalau pulang… ya kami bakal ngerti.”

Aku melihat portal itu.
Aku melihat teman-temanku.

Hatiku bingung.

Ayahku menunggu.
Tapi… dunia modern pun menarik.

Aku memejamkan mata.
Melangkah maju…

Dan.. tiba-tiba cerita terputus sampai disitu.

Tidak ada yang tahu:

  • apakah Aruna melompat kembali ke kahyangan,
  • apakah portal menutup dan ia tetap hidup sebagai siswa Gen Z,
  • atau ia akan jadi pahlawan sekolah dengan kekuatan absurdnya,
  • atau mungkin Gatotkaca sendiri akan turun ke sekolah itu mencari anaknya.

Semuanya mungkin.

Karena kisah Aruna baru saja dimulai.

 

 

 


Posting Komentar

1 Komentar

SILAHKAN TULIS KOMENTAR KAMU DISINI