Sponsor

Max Havelaar dan Proklamasi Kemerdekaan RI

 

1512   : Portugis datang ke Maluku dibawah pimpinan Alfonso dengan tujuan berdagang dan mencari rempah-rempah.

1521   : Spanyol datang ke Maluku dibawah pimpinan Kapten Sebastian del Cano. Kedatangan Spanyol ke Indonesia terjadi pada 8 November 1521 di Tidore, Maluku (Tujuan berdagang dan mencari rempah-rempah)

1529   : Spanyol dan Portugis berperang memperebutkan Maluku, Portugis berhasil memenangkan peperangan.

1575   : Bangsa portugis mulai tidak menghargai budaya masyarakat Maluku, sehingga dibawah pimpinan Sultan Baabullah dan Sultan Said, rakyat maluku berhasil mengusir Portugis

1596   :  Belanda dibawah pimpinan Cornelis de Houtman berlabuh untuk pertama kalinya di wilayah pantai Jawa Barat

1598   : Rombongan kedua Belanda di bawah pimpinan Jacob van Neck tiba di Banten

Tujuan Belanda saat itu hanya untuk berdagang dan mencari rempah-rempah. Namun karena keuntungan dari perdagangan rempah-rempah semakin menguntungkan, maka pada tahun 1602, belanda mendirikan VOC.

1602   : VOC berdiri dan mulai saat itu Indonesia resmi dijajah oleh VOC (Belanda)

Di berbagai daerah, VOC melaksanakan taktik politiknya, yakni DEVIDE ET IMPERA atau politik adu domba untuk memperluas wilayah jajahannya.

1808-1811    : Daendels memerintahkan rakyat Indonesia untuk melakukan kerja rodi/kerja paksa guna membangun jalan sepanjang pulau Jawa, Anyer-Panarukan.

1828   : Belanda menerapkan kebijakan Cultuurstelsel atau Tanam Paksa. Kebijakan ini diterapkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Van Den Bosch .

Sistem Tanam Paksa mewajibkan rakyat menanami sebagian dari sawah atau ladangnya dengan tanaman yang ditentukan oleh pemerintah. Kemudian, hasil tanaman tersebut nantinya diserahkan kepada Belanda.

Penderitaan bangsa Indonesia akhirnya menumbuhkan benih perlawanan di berbagai daerah. Perjuangan melawan penjajah mulai dipimpin para ulama dan kaum bangsawan.  Ada Sultan Hasanuddin Dari Sulawesi Selatan, Sultan Ageng Tirtayasa Dari Banten, Tuanku Imam Bonjol Dari Sumatera Barat, Pangeran Diponegoro Dari Jawa Tengah.  Mereka semua adalah tokoh-tokoh yang Turut Serta Dalam Aksi Perjuangan Rakyat Melawan Penjajah.

Namun sayang, perlawanan para pahlawan tersebut gagal karena perlawanan kala itu masih bersifat kedaerahan dan cenderung sendiri-sendiri.

Kondisi bangsa Indonesia yang semakin kacau dengan kemiskinan serta kelaparan, akhirnya  turut menyentuh hati beberapa orang Belanda yang tinggal di Tanah Air seperti BARON VAN HOUVELL, EDWARD DOUWES DEKKER, dan  MR. VAN DEVENTER.  

Douwes Dekker kemudian menuangkan penderitaan masyarakat Lebak di Banten melalui buku yang bertajuk Max Havelaar pada 1860, dan untuk menjaga keamanan dirinya, ia pun mengganti namanya dengan nama MULTATULI.

Sementara itu, warga Belanda lainnya, yakni Van Deventer menyarankan diadakannya Politik Etische atau politik balas budi di Indonesia. Politik etis adalah pemikiran bahwasanya pemerintah kolonial Hindia Belanda memiliki tanggung jawab secara moral kepada pribumi Nusantara yang telah membantu mereka mencapai kemakmuran dan kesejahteraan. Dalam perancangannya, politik etis ini memiliki tiga program utama atau trias politika, yaitu : irigasi, emigrasi, dan edukasi.

Dimana perwujudan dari salah satu program tersebut, yaitu EDUKASI, akhirnya melahirkan banyak tokoh terpelajar yang dalam perjalanannya, kemudian “MEREKA” mendirikan sebuah organisasi pergerakan Bernama Boedi Oetomo (BU). Dan lewat Organisasi BU inilah, dikemudian hari bangsa Indonesia mulai tersadar akan pentingnya persatuan untuk mencapai kemerdekaan.

Organisasi Boedi Oetomo ini menjadi pelopor organisasi pergerakan nasional yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sehingga dijadikan landasan penetapan 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Kebangkitan nasional merupakan titik awal mula bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme.

Selain itu, ini juga menjadi titik munculnya kesadaran masyarakat Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang.

Masa kebangkitan nasional ini ditandai dengan terjadinya dua peristiwa penting, yaitu berdirinya organisasi Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 dan ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Yang kemudian berlanjut dengan adanya Proklamasi Kemerdekaan.

Kesimpulan :

Buku Max Havelaar secara tidak langsung telah berperan besar dalam pencapaian kemerdekaan di Indonesia.

 

 

Posting Komentar

0 Komentar