Sponsor

LOKER


Selamat! Anda akhirnya lulus kuliah setelah bertahun-tahun bergelut dengan tugas, skripsi, dan dosen yang selalu berkata, “Revisi sedikit lagi, ya.” Kini, ijazah di tangan, toga sudah dikembalikan, dan foto wisuda terpajang di Instagram dengan caption inspiratif seperti, "Perjalanan baru dimulai!"

Namun, tunggu dulu. Perjalanan baru yang mana? Karena yang ada, perjalanan Anda justru dimulai dengan berburu pekerjaan yang lebih sulit dari skripsi, lebih melelahkan dari revisi, dan lebih membingungkan dari perasaan si dia yang dulu suka chat setiap malam tapi sekarang cuma read doang.

Lowongan Kerja yang Menyakitkan

Saat lulus, kita semua optimis. “Sarjana pasti gampang dapat kerja,” pikir kita, penuh semangat. Tapi begitu mulai buka situs lowongan kerja, realita menampar keras.

  1. "Fresh graduate, tapi harus punya pengalaman minimal 2 tahun." Lah, fresh graduate dari mana yang sudah pengalaman? Apa harus mulai magang sejak dalam kandungan?
  2. "Gaji kompetitif" – kompetitif di mana? Apakah dibandingkan dengan uang saku anak SD?
  3. "Mencari kandidat yang mau bekerja di bawah tekanan." Artinya, siap-siap dituntut kerja sampai lupa kalau manusia butuh makan dan tidur.

Setelah membaca deskripsi pekerjaan, Anda sadar kalau mungkin lebih gampang jadi pawang hujan di acara outdoor daripada memenuhi semua persyaratan yang mereka minta.

Realita Tes dan Interview

Baiklah, setelah berhari-hari mengirim CV dan surat lamaran dengan kalimat “Bersama surat ini, saya ingin mengajukan lamaran kerja…” akhirnya ada yang memanggil interview! Semangat membara!

Tapi perjalanan masih panjang. Tiba di kantor perusahaan, Anda dihadapkan dengan rangkaian tes yang sepertinya dibuat oleh para ilmuwan NASA:

  1. Tes logika yang tidak masuk akal – Jika Budi punya 5 apel, dan angin bertiup ke arah barat daya dengan kecepatan 30 km/jam, maka berapa harga motor bekas tahun 2012?
  2. Tes psikotes yang tidak masuk akal – Pilih gambar mana yang menunjukkan kepribadian Anda: segitiga, lingkaran, atau kotak? Apa hubungannya sama kerjaan?
  3. Wawancara HRD yang absurd – “Apa kelemahan Anda?” Anda ingin jawab “Saya suka makan siang terlalu lama,” tapi takut nggak lolos.
  4. Wawancara user yang aneh – “Bisa kerja di bawah tekanan, kan? Soalnya di sini sering lembur.” Artinya, hidup dan waktu pribadi Anda akan diserahkan sepenuhnya ke perusahaan.

Ditolak dan Ditolak Lagi

Setelah berjuang di tes dan wawancara, tibalah saatnya menunggu hasil. Dan ternyata... ditolak. “Kami menghargai usaha Anda, tapi saat ini kami memilih kandidat lain yang lebih sesuai.”

Ditolak sekali masih semangat. Ditolak sepuluh kali mulai ragu. Ditolak seratus kali? “Mungkin sebaiknya saya buka usaha jualan cilok saja.”

Kadang, alasan penolakan pun misterius. Katanya, kurang pengalaman. Lah, bukannya tadi di wawancara bilang tidak apa-apa kalau baru lulus? Atau lebih ajaib lagi, “Anda terlalu overqualified.” Lho? Kalau kurang pengalaman salah, kalau terlalu banyak pengalaman juga salah. Harusnya gimana, nih?

Pekerjaan yang Tidak Sesuai Jurusan

Setelah lelah mencari kerja, akhirnya mulai berpikir, “Yang penting kerja dulu.” Maka, seorang lulusan teknik bisa saja berakhir jadi admin media sosial, atau lulusan akuntansi malah kerja sebagai barista di kafe.

Orang tua bertanya, “Kamu kan kuliahnya manajemen, kok malah kerja di minimarket?”

Jawaban standar: “Yang penting cari pengalaman, Ma.”

Tapi ya, tidak bisa disalahkan. Lowongan kerja itu seperti jodoh – kadang yang sesuai jurusan tak kunjung datang, akhirnya menerima apa yang ada.

Nasihat-Nasihat Ajaib dari Orang Sekitar

Di tengah perjuangan mencari kerja, kita akan sering mendengar petuah-petuah bijak dari keluarga dan tetangga:

“Coba ke kantor pemerintah, kan enak jadi PNS.” Oh iya, kalau bisa daftar PNS sesederhana daftar paket internet, mungkin semua orang sudah jadi PNS.

“Kenapa nggak langsung buka usaha aja?” Iya sih, tapi modalnya dari mana? Masa mau pinjam ke Bank Emak dengan bunga harian?

“Zaman dulu, cari kerja gampang lho!” Iya, dulu saingannya cuma sekelurahan. Sekarang saingannya satu negara.

Akhirnya Dapat Kerja! Tapi…

Setelah perjuangan panjang, akhirnya dapat pekerjaan! Tapi, realitanya…

  1. Gaji pas-pasan, tapi kerjaan numpuk.
  2. Kontrak 3 bulan, habis itu nggak jelas.
  3. Lembur terus, tapi gaji tetap segitu.

Tapi ya sudahlah. Setidaknya sekarang ada kerjaan, dan bisa pamer ke grup WhatsApp keluarga kalau sudah bekerja.

Kesimpulan

Mencari kerja setelah lulus kuliah memang penuh tantangan. Tidak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi kalau modalnya hanya ijazah dan mimpi. Tapi ingat, semua ini bagian dari perjalanan. Kalau gagal di satu tempat, coba tempat lain. Kalau masih susah, ya... siapa tahu jualan cilok benar-benar lebih menguntungkan.

Yang jelas, semangat terus, para pejuang lowongan kerja! Kalian tidak sendiri!

By : Agus Suherlan (Penulis suka-suka)

Posting Komentar

0 Komentar