Di berbagai daerah, VOC melakukan tindakan dengan melaksanakan politik devide et impera (adu domba), yaitu saling mengadu domba antara kerajan yang satu dan kerajaan yang lain atau mengadu domba di dalam kerajaan itu sendiri. Politik adu domba makin melemahkan kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Bangsa Indonesia makin menderita ketika Daendels (1808–1811) berkuasa. Upaya kerja paksa (rodi) guna membangun jalan sepanjang pulau Jawa (Anyer-Panarukan) untuk kepentingan militer, membuat rakyat makin menderita. Penderitaan berlanjut karena Belanda kemudian menerapkan Cultuurstelsel (tanam paksa) yang diterapkan oleh Van Den Bosch (1830)
Perjuangan melawan penjajah dipimpin ulama atau kaum bangsawan, yaitu Sultan Hasanuddin di Sulawesi Selatan, Sultan Ageng Tirtayasa di Banten, Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat, Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah. Perjuangan rakyat untuk mengusir penjajah belum berhasil, karena perjuangan bersifat kedaerahan dan belum terorganisasi secara modern.
Tahun 1860, Eduard
Douwes Dekker melayangkan kritikan kepada pemerintah Belanda, dengan
menggunakan nama samaran Multatuli, beliau membuat buku berjudul Max Havelaar of de koffij-veilingen der
Nederlandsche Handel-Maatschappij yang artinya adalah Max
Havelaar atau lelang kopi perusahaan dagang belanda.
Buku ini berisi tentang kesengsaraan dan penderitaan rakyat Indonesia dalam jajahan VOC. Berkat buku ini, maka pemerintah colonial akhirnya membuat kebijakan Politik balas budi terhadap bangsa Indonesia yang bernama Politik etis.
Isi politik etis adalah : edukasi, transmigrasi dan irigasi. Dimana berkat kebijakan politik tersebut, maka melalui salah satu programnya yakni EDUKASI, maka lambat laun masyarakat Indonesia dapat mengenyam pendidikan dan menjadi kaum terpelajar. Sampai akhirnya para kaum terpelajar ini pun mengadakan perlawanan dengan cara terorganisir terhadap pemerintah colonial dengan mendirikan BUDI UTOMO.
Tahun 1908, bangsa Indonesia mulai bangkit. Kebangkitan ini ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo (Budi Utomo) atas inisiatif dan dorongan Dr. Wahidin Soedirohoesodo. Berdirinya Budi Utomo mendorong munculannya organisasi –organisasi pemuda LAINNYA.
Boedi Oetomo (Budi Utomo) didirikan oleh dr. Soetomo pada tanggal 20 Mei 1908. Pendirian Budi Utomo tidak terlepas dari penggagas atau pendorong lahirnya Boedi Oetomo yaitu dr. Wahidin Soedirihusodo. Presiden Soekarno pada tanggal 20 Mei 1948 menetapkan hari kelahiran Budi Utomo sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Program Budi Utomo adalah mengusahakan perbaikan pendidikan dan
pengajaran. Akan tetapi, programnya lebih ber sifat sosial karena saat itu
belum di mungkinkan melaksanakan gerakan yang bersifat politik.
0 Komentar
SILAHKAN TULIS KOMENTAR KAMU DISINI